Perjalanan Siswi SMK Kudus Hingga Bisa Pamer Karya di IFW 2015
Perjalanan Siswi SMK Kudus Hingga Bisa Pamer Karya di IFW 2015
Foto: Intan/Wolipop
Jakarta - Keahlian menggambar sketsa busana hingga membuat pakaian jadi kini tak hanya dimiliki oleh desainer. Sejumlah siswi jurusan tata busana di SMK NU Banat, Kudus, Jawa Tengah pun mampu menghasilkan karya yang baik, seperti desainer profesional pada umumnya.
Adalah desainer busana muslim Irna Mutiara yang menjadi pembimbing para siswi di SMK tersebut. Sejak September 2014, desainer pemilik label gaun pengantin muslimah Irna La Perle ini mengarahkan para siswi membuat rancangan busana melalui jurusan tata busana yang digagas oleh Djarum Foundation dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Irna senang karena antusiasme para siswi dalam mendesain busana sangat nyata. Berkat usaha dan hasil kerja keras mereka, siswi-siswi SMK NU Banat Kudus berhasil membuat label busana muslim pertama mereka, Zelmira. Bahkan busana-busana tersebut kini telah dipamerkan dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang digelar di JCC Senayan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Pastinya yang tak kalah senang dengan keberhasilan itu adalah para siswi itu sendiri. Salah seorang siswi SMK NU Banat, Nurul Khasanah mengungkapkan semenjak ia menjadi siswi tata busana, pengetahuannya mengenai dunia mode nasional dan internasional kian bertambah luas. Bersama siswi-siswi lain yang terbagi ke dalam empat tim, mereka diajarkan cara membuat suatu busana dimulai dari membuat sketsa rancangan dengan piranti lunak di komputer hingga belajar teknik menjahit.
"Setiap tim sudah ada tugasnya masing-masing mulai dari bikin desain dan moodboard, potong pola, potong kain sampai menjahit," jelas Nurul saat berbincang dengan Wolipop pada acara peresmian SMK NU Banat Kudus, Jawa Tengah, Rabu (11/3/2015).
Tim tersebut kemudian secara bergilir mengerjakan bagian lain agar tidak terpaku pada satu spesialisasi tertentu. Misalnya, jika tim pembuat desain sudah selesai dengan seluruh rancangannya, mereka akan dipindahkan ke bagian pemotongan pola. Maka tak heran setiap hari mereka berada di dalam kelas yang disebut dengan studio fashion, dimulai dari pukul 06:45 pagi hingga 15:30 sore untuk mengerjakan rancangan tersebut.
Siswi lainnya, Mahya, menjelaskan satu tim terdiri dari lima orang dan fokus bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Maka dari itu pengerjaan busana bisa selesai lebih cepat.
"Karena orang-orangnya banyak, dalam seminggu kita menargetkan bisa membuat 10 sampai 12 busana," ujar siswi kelas 12 itu. Busana-busana tersebut nantinya akan dikoreksi lagi agar hasilnya terlihat lebih sempurna. Setelah dinyatakan sempurna, barulah karya mereka bisa dipamerkan seperti yang sudah terjadi di Indonesia Fashion Week 2015.
Adalah desainer busana muslim Irna Mutiara yang menjadi pembimbing para siswi di SMK tersebut. Sejak September 2014, desainer pemilik label gaun pengantin muslimah Irna La Perle ini mengarahkan para siswi membuat rancangan busana melalui jurusan tata busana yang digagas oleh Djarum Foundation dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Irna senang karena antusiasme para siswi dalam mendesain busana sangat nyata. Berkat usaha dan hasil kerja keras mereka, siswi-siswi SMK NU Banat Kudus berhasil membuat label busana muslim pertama mereka, Zelmira. Bahkan busana-busana tersebut kini telah dipamerkan dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang digelar di JCC Senayan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Pastinya yang tak kalah senang dengan keberhasilan itu adalah para siswi itu sendiri. Salah seorang siswi SMK NU Banat, Nurul Khasanah mengungkapkan semenjak ia menjadi siswi tata busana, pengetahuannya mengenai dunia mode nasional dan internasional kian bertambah luas. Bersama siswi-siswi lain yang terbagi ke dalam empat tim, mereka diajarkan cara membuat suatu busana dimulai dari membuat sketsa rancangan dengan piranti lunak di komputer hingga belajar teknik menjahit.
"Setiap tim sudah ada tugasnya masing-masing mulai dari bikin desain dan moodboard, potong pola, potong kain sampai menjahit," jelas Nurul saat berbincang dengan Wolipop pada acara peresmian SMK NU Banat Kudus, Jawa Tengah, Rabu (11/3/2015).
Tim tersebut kemudian secara bergilir mengerjakan bagian lain agar tidak terpaku pada satu spesialisasi tertentu. Misalnya, jika tim pembuat desain sudah selesai dengan seluruh rancangannya, mereka akan dipindahkan ke bagian pemotongan pola. Maka tak heran setiap hari mereka berada di dalam kelas yang disebut dengan studio fashion, dimulai dari pukul 06:45 pagi hingga 15:30 sore untuk mengerjakan rancangan tersebut.
Siswi lainnya, Mahya, menjelaskan satu tim terdiri dari lima orang dan fokus bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Maka dari itu pengerjaan busana bisa selesai lebih cepat.
"Karena orang-orangnya banyak, dalam seminggu kita menargetkan bisa membuat 10 sampai 12 busana," ujar siswi kelas 12 itu. Busana-busana tersebut nantinya akan dikoreksi lagi agar hasilnya terlihat lebih sempurna. Setelah dinyatakan sempurna, barulah karya mereka bisa dipamerkan seperti yang sudah terjadi di Indonesia Fashion Week 2015.
Dikutip dari: http://wolipop.detik.com/read/2015/03/11/173731/2856042/233/perjalanan-siswi-smk-kudus-hingga-bisa-pamer-karya-di-ifw-2015
0 komentar