Wisata Bahari Malaysia Jadi Andalan, Bagaimana Indonesia?
Wisata bahari di Indonesia hanya menyumbang 10 persen dari total devisa pariwisata Indonesia. Angka ini jauh dibanding Malaysia.
"Wisata bahari kita hanya menyumbang 10 persen. Malaysia sudah sumbang 40 persen," ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya, saat acara "Seminar Peningkatan Konektivitas Pulau-pulau di Indonesia untuk Pengembangan Wisata Bahari" yang diadakan Forum Wartawan Pariwisata, di Jakarta, Selasa (10/3/2015).
Padahal, jelas Arief, di Indonesia memiliki 33 destinasi wisata bahari, sementara Malaysia hanya memiliki 11 destinasi wisata bahari. Operator di bidang wisata bahari milik Indonesia lebih dari 400, sedangkan Malaysia hanya sekitar 100-130 operator.
"Tetapi kita hanya menyumbang 10 persen, Malaysia 40 persen," tutur Arief.
Total devisa pariwisata Indonesia pada 2013 sebesar 10 miliar dollar AS. Sementara kontribusi wisata bahari hanya 1 miliar dollar AS atau 10 persen dari total devisa pariwisata Indonesia.
Sedangkan 11 destinasi wisata bahari di Malaysia antara lain Langkawi, Pangkor Sembilan, Perhentian, Redang, Kapas Tenggol, Tioman, Layang-layang, Tun Abdul Rahman National Park, Labuan, Lankayan, dan Sipadan. Sipadan adalah yang paling utama di antara semuanya.
Ia memberi contoh lainnya adalah seperti Queensland di Australia Barat. Garis pantai di kawasan ini hanya sekitar 2.100 kilometer, namun mampu menghasilkan devisa 3 miliar dollar AS pada tahun 2012.
"Kita kalau dibulatkan mencapai 100 ribu kilometer. Tetapi hanya dapat 1 miliar dollar AS," jelasnya.
"Maladewa tidak lebih besar dari Belitung. Sementara APBD Belitung Rp 700 miliar, PAD Rp 300 miliar. Jadi seperdelapan Maladewa," kata Arief.
0 komentar