Tepat Waktu
Tepat Waktu
Kita
sering mendengar bahwa di negeri ini ada budaya “ngaret”. Mulai dari
pasal “ngaret” sampai acara pun yang “ngaret” alias “molor”. Memang
tidak semua acara atau orang selalu “ngaret” dan telat, tapi bila itu
sudah banyak yang melakukan tentu tak bisa kita sangkal.
Kalau kita lihat seorang karyawan, maka
budaya ini dibuktikan dengan seringnya ia telat masuk kerja. Mulai dari
yang hitungan menit, hingga hitungan jam. Tidak terkecuali dengan
aparatur negara. Tentu kita sering juga melihat berita di TV atau koran
bagaimana mereka ada yang telat masuk kerja bahkan tidak masuk kerja
gara-gara institusi swasta masih libur lebaran.
Dalam acara juga budaya telat menjamur
hampir di setiap acara. Di rundown acara dimulai jam 8.00. Apakah jam
8.00 acara langsung dimulai? Belum tentu. Seringnya, jam 08.15 bahkan
08.30 acara baru dimulai. Untuk itulah dalam undangan sering ditulis
acara dimulai jam 08.00, padahal rundown panitia jam 08.30. Mengapa?
Karena kita berpikir kalau diundang jam 08.00 datangnya jam 08.30, kalau
diundangannya jam 08.30, pasti datangnya jam 09. Begitulah.
Budaya telat memang berbahaya. Meski
memang cukup sepele dan sederhana. Coba Anda bayangkan ketika Anda telat
datang ke bandara saat penerbangan tiba. Mungkin Anda hanya telat 30
menit, akibatnya bisa jadi Anda tidak bisa check in. Akhirnya,
penerbangan Anda pun batal dan Anda harus beli tiket. Itu juga yang
pernah terjadi pada diri saya ketika tahun 2003 pertama kali naik
pesawat terbang. Saat itu saya kurang perhitungan. Saya menduga
perjalanan Bogor-Bandara bisa hanya 1-1,5 jam. Nyatanya saat itu hampir 2
jam. Akhirnya, saya sampai di Bandara tepat saat pesawat boarding.
Pesawat pun tak bisa menunggu saya. Saya pun harus gigit jari, beli
tiket lagi. Setelah itu, saya selalu berangkat ke bandara minimal 3 jam
sebelum jam pemberangkatan.
Tak sepantasnya memang sebagai pribadi
yang berharap kebaikan dan perubahan menjadikan telat ini sebagai budaya
bahkan keseharian. Telat masuk kerja, telat berangkat sekolah, telat
mengumpulkan tugas, telat mengerjakan sholat, dan telat-telat yang
lainnya. Termasuk telat makan. Hehehe.
Biasakanlah untuk tepat waktu.
Berusahalah untuk datang tepat waktu. Apalagi ketika Anda sudah berjanji
pada seseorang ketemu di suatu tempat di waktu tertentu. Berjuanglah
untuk bisa hadir sebelum waktunya, itu jauh lebih baik. Early, datang
lebih awal. Kalau janji jam 09.00, maka pastikanlah Anda sudah bisa di
tempat jam 08.55 atau bahkan kurang. Anda jauh lebih nyaman menunggu
dari pada ditunggu. Kalau pun telat, pastikan Anda menyampaikan
informasi kepada orang yang Anda janjikan bertemu. Sampaikanlah
permohonan maaf, jika memang itu karena ada insiden sehingga telat. Jika
tidak ada apa-apa, pastikanlah untuk selalu tepat waktu.
Saat berangkat kerja juga demikian.
Usakanlah datang lebih awal. Jika masuk kantor jam 08.00, berusalah tiba
di kantor sebelum jam 08.00. Anda pasti bisa melakukan hal lain sebelum
jam kerja dimulai, apakah itu sholat dhuha, baca Quran atau yang
lainnya.
Bagi seorang muslim, tepat waktu itu
keharusan. Jika kita janji ketemu, maka kita terikat dengan janji itu.
Jika kita sudah beraqad kerja, ada jam kerja, maka kita terikat aqad
dengan jam kerja itu. Jika kita mangkir, itu dosa. Mengapa? Karena Allah
Swt mengingatkan,
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.” (QS. Al-Maidah: 1)
Tepat waktu adalah bukti kita memenuhi
aqad (janji) yang sudah kita buat dan sepakati. Melanggarnya tentu
sebuah kemaksiyatan, menepatinya tentu sebuah ketaatan dan kebaikan.
Pilihan ada di tangan kita. Apakah ingin hidup dalam kemaksiyatan atau
ketaatan. Kalau mau hidup dalam ketaatan dan kebaikan, tepat waktu harus
menjadi budaya keseharian kita. Selamat memilih.
0 komentar