Melepas Senja di Kota Tepian Air

By 07.50

MENGUNJUNGI Kota Makassar untuk beragam urusan, termasuk pelesiran, rasanya belum lengkap bila belum menginjakkan kaki di Pantai Losari. Inilah salah satu ikon bernuansa maritim ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, di samping Benteng Somba Opu, Benteng Rotterdam, dan Pelabuhan ”Pinisi” Paotere.
Jakarta boleh bangga dengan Pantai Ancol. Surabaya juga punya Pantai Kenjeran. Tetapi, keindahan pantai-pantai itu tidak bisa dinikmati secara gratis. Di samping itu, tentu masih diperlukan waktu dan tenaga untuk melintas jarak karena letaknya tidak bersentuhan langsung dengan pusat keramaian kota.
Akan halnya Pantai Losari, masyarakat Kota Makassar mendapatkan anugerah ruang publik gratis. Lokasi pantai itu memanjang di pesisir barat Kota Makassar tanpa berjarak dengan jalan protokol.
Status kota ”tepian air” (waterfront city) benar-benar disandang Kota Makassar secara sejati. Warga kota dan pendatang bisa tumpah ruah ke tempat ini tanpa perlu membayar, mulai dari sekadar menjejakkan kaki di pelataran hingga duduk berselonjor di anjungan sembari membiarkan kaki diempas lidah-lidah gelombang. Wow....
Memanjang di sisi barat Kota Makassar, pantai ini menjadi tempat empasan gelombang dari Selat Makassar dan Kepulauan Spermenonde. Di bibir pantai yang sebagian hasil reklamasi inilah tersuguh dan terhampar pesona. Sembari menikmati semburat jingga di angkasa menjelang petang, nikmati embusan semilir angin laut. Maka, luruhlah suntuk akibat kesibukan rutin.
Waktu yang paling tepat berkunjung ke sini adalah ketika matahari menjelang terbenam. Pantulan semburat merah-jingga di atas riak-riak air laut laksana kilau berlian yang terhampar.
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOWarga mengunjungi lokasi wisata Pantai Losari, Senin (2/7/2012). Pantai yang terletak di sebelah barat Kota Makassar ini menjadi tempat bagi warga untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan yang indah.
Begitu matahari benar-benar sudah tenggelam di garis horizon, kawasan ini langsung bermandikan cahaya. Deretan restoran, hotel, dan tempat hiburan eksis dengan permainan cahaya lampu. Inilah salah satu kawasan favorit untuk menikmati malam dan kuliner di Kota Daeng.
”Melihat matahari terbenam pelan, hati terasa damai,” kata Uno Fiana. Senja itu, dara dari Jakarta ini juga amat menikmati suasana duduk-duduk di perahu dalam ayunan lembut gelombang selama perjalanan sejauh 5,1 kilometer ke Pulau Laelae dari dermaga Pantai Losari.
Kedamaian senja pantai juga dapat direguk sembari duduk santai di tembok bibir pantai itu atau di kursi plastik di lapak penjaja pisang epe, kudapan khas kota ini.
Anda juga bisa duduk bertafakur di masjid sambil menunggu waktu Magrib tiba. Masjid ini dikenal juga sebagai Masjid Terapung karena kaki-kaki beton penyangganya tertancap di laut, juga ikon pantai itu.
Menikmati senja di Pantai Losari juga dapat dengan berjalan-jalan santai menyusuri pantai sejauh hampir 2 kilometer, dimulai dari tepi di depan masjid terapung sampai sisi depan Hotel Makassar Golden. Dalam perjalanan ini, aneka kegiatan warga kota dalam menghibur diri dan keluarga menjadi pemandangan menarik.
Di latar depan anjungan, terpampang bangunan huruf-huruf membentuk kata ”Pantai Losari”. Di pelatarannya, anak-anak dapat bermain mobil-mobil atau motor-motor mini yang digerakkan dengan baterai. Dengan menyewanya seharga Rp 10.000-Rp 20.000 per 20 menit, mereka hilir-mudik, berputar-putar di areal pantai reklamasi yang tidak ada pasirnya karena seluruh permukaannya berlantai beton atau batu blok.
Untuk menikmati butiran pasir pantai yang halus, Kota Makassar menyediakan tempat khusus bernama Pantai Akkarena, kawasan wisata Tanjung Bunga, sekitar 3 km selatan Losari.
Wahyu Adityo ProdjoMenyantap seporsi kuliner pisang epe dengan baluran saus gula merah rasa durian di pinggir Anjungan Pantai Losari, Rabu, (11/02/2015).
Kudapan khas
Kesibukan para pedagang dalam menawarkan kudapan dan melayani pembeli atau pelanggannya juga menjadi hiburan tersendiri. Di areal Pantai Losari, yang diperuntukkan bagi pedagang itu, kudapan khas Makassar berupa pisang epe tersuguh dengan aneka rasa: asli, durian, keju, dan cokelat. Penganan berupa pisang bakar yang dipenyet dan dilumuri gula aren ini berharga Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per porsi.
Toraja dan Mamasa
Masih ada waktu luang? Lengkapi perjalanan wisata Anda dengan bergerak ke arah utara Kota Makassar, menyusuri pesisir barat Sulawesi sebelum kemudian naik berbelok ke arah tengah kawasan pegunungan.
Kali ini, daerah yang dituju adalah Tana Toraja, Sulawesi Selatan (320 km dari Makassar) dan Mamasa, Sulawesi Barat (340 km dari Makassar).
Jika ke Tana Toraja, selain menikmati keindahan alam sawah dan pegunungan, pengunjung juga dapat melihat dari dekat adat istiadat daerah itu, yakni Rambu Solo, upacara adat kematian, rumah adat Tongkonan, Batu Tumonga (batu menhir).
Adapun kalau ke Mamasa, selain keindahan sejumlah air terjun, seperti air terjun Liawan (Desa Tadisi/Sumarorong), Mambuliling (Desa mambuliling), Tetean (Desa Rambusaratu), juga ada air panas Kanan Kole (Desa Rambusaratu), Buntu Kasisi (Desa Osango), serta Taupe (Desa Taupe).
Bangunan rumah adat dan gereja tua berusia ratusan tahun ada di Desa Katoan. Sementara perajin kain tenun ”sambu” ada di Desa Balla. Ada juga kerbau belang yang berharga setara mobil sedan.
Sebelum meneruskan perjalanan darat ke kedua tempat itu, mampir dulu makan siang/malam atau sekadar ngopi pelepas lelah di Rumah Makan Ridho di sisi selatan Kota Pinrang, sekitar 148 km dari Makassar.
Saat menginjak kaki di rumah makan ini, cicipilah makanan khas dari resto khas Bugis milik pasangan Sulaeman Milla dan Hanifa. Rasakan gurihnya ikan bandeng tanpa duri. Racikan tepung buatan nyonya rumah alias pemilik restoran yang membalut bandeng dan digoreng hingga garing membuat mulut serasa tidak mau berhenti mengunyahnya. Kriuk... kriuk.... Empuknya daging ikan bandeng seolah sedang menikmati filet daging ayam yang di-presto.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEYKerbau-kerbau tidak langka masih bisa menjadi istimewa kalau menjuarai sebuah acara adu kerbau. Kerbau pemenang akan mengejar kerbau pecundang.
Nikmati juga sensasi pedas dari Nasu Palekko atau itik cincang goreng yang dimasak super pedas. Ada juga spesial cawiwi atau belibis goreng plus nasi, sop, dan nasi dari ketan hitam. So pasti menggoda selera.
”Selama ini, ikan bandeng tanpa duri goreng tepung enggak segaring ini. Paduan tepung dan ikan bandengnya membuat rasa ikan ini sangat enak,” ujar Yuliati (30), warga Makassar.
Lain lagi dengan Rosalia (45), warga Jakarta yang akan berlibur ke Mamasa. ”Saya senang dengan nasi palekko yang dimakan dengan ketan hitam,” ujar Rosalia.
Sembari menunggu sajian, cobalah terlebih dulu terapi gigitan ikan kecil garra rufa. Dengan terapi yang sedang ngetren ini, sel-sel kulit mati yang digigit puluhan ikan perlahan bersih.
Sambil menyeruput kopi di saung atas kolam ikan, jangan lupa kabari kolega Anda tentang pengalaman ini. Di sini akses internet berupa Wi-fi tersedia untuk hasrat narsistik

You Might Also Like

0 komentar