Keajaiban Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung di Flores
PERJALANAN menuju Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (7/3/2015), merupakan perjalanan bersejarah pertama yang tak pernah terlupakan. Kawasan 17 Pulau Riung adalah firdausnya pulau-pulau yang berjejar di Pulau Flores. Satu-satunya di Pulau Flores berjejer pulau-pulau kecil. 17 Pulau yang luasnya 9.900 hektar yang terdiri dari laut dan darat termasuk dalam kawasan konservasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang mengurusi 28 kawasan konservasi di Provinsi NTT yang memiliki keunikan dan keunggulan serta ada binatang langka yang hidup di kawasan tersebut.
Perjalanan Kompas Travel mulai Jumat (6/3/2015) dari Kabupaten Manggarai Timur berawal dari informasi telur komodo menetas di dalam kawasan konservasi Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung, tepatnya di Pulau Ontoloe.
Setelah mereka setuju, maka mulai lah perjalanan Kompas Travel dengan mengendarai kendaraan umum melewati Jalan Transflores, Waelengga-Aimere sampai di Terminal Watujaji. Setiba di Terminal Watujaji, sekitar pukul 13.30 Wita, mobil penjemput sudah menunggu. Sesudah itu, saya bersama dengan sopir, Deni dan ditemani staf Konservasi Resort Ngada, Rikar menyusuri kota dingin Bajawa sampai tiba di kantornya.
Istirahat sejenak sambil disuguhi kopi arabika Bajawa yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia, saya bersama Kepala Seksi Wilayah III Flores Barat yang disering disapa Pak Yance berdiskusi tentang keajaiban dunia yang kembali mengukir di kawasan Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung dengan menetasnya telur komodo.
Setelah makan siang di Kantor Resort Konservasi Ngada, saya bersama dengan Pak Yance, dengan sopirnya, Deni dan ditemai stafnya Rikar bergegas menuju ke Kota Riung. Kami meluncur dengan kendaraan operasional BBKSDA melewati Kota Bajawa ke bagian utara melewati air panas Mengeruda, Soa, melewati Bandara Turalelo serta hamparan persawahan Soa.
Kami menempuh empat jam perjalanan dengan melewati jalan rusak. Jalan berstatus jalan provinsi di Pulau Flores tidak terawat dengan baik dan bahkan rusak parah. "Inilah kendala pariwisata di Pulau Flores selama ini,” gumam saya dalam hati.
Sekitar pukul 19.00 Wita, kami tiba di Kota Riung, sebagai pintu masuk menuju ke Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung. Setiba di Kantor Resort TWA 17 Pulau Riung, kami disambut dengan ramah oleh kepala Konservasi Resort Taman Wisata Alam Riung, Siprianus Janggur bersama stafnya, Komang, Save dan Siprianus Meo. Tak lama berselang, sebagaimana kebiasaan budaya orang Flores saat tamu tiba di rumah disuguhi kopi dan kue.
Sambil minum kopi dan kue, kami berdiskusi terkait dengan peristiwa langka yang terjadi di kawasan konservasi Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung yang menggemparkan seluruh dunia di mana telur komodo menetas sebanyak 16 ekor. "Peristiwa langka ini mengejutkan dunia konservasi,” ujar saya.
Sabtu (7/3/2015), pagi-pagi kami sudah bangun untuk menyiapkan diri menuju Pulau Ontoloe bersama Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang, Maman, yang juga tiba Jumat malam di Kota Riung bersama Peneliti Lembaga Komodo Survival Program yang berpusat di Bali dan mantan Kepala Konservasi Resort Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung yang sudah pensiun, Nikodemus Manu.
Setelah menyiapkan logistik untuk perjalanan, kami bergegas menuju pelabuhan. Petugas speed boat sudah siap mengantarkan kami menuju ke Pulau Ontoloe. Semua naik speed boat. Pengemudi speed boatmenghidupkan mesin dan mulailah speed boat melintasi laut 17 Pulau Riung. Tiba-tiba, gelombang berkali-kali menghantam speed boat sehingga air laut masuk ke dalam speed boat. Kami mulai khawatir dengan air laut yang masuk ke dalam speed boat. Namun kami yakin kejadian itu merupakan hal yang lumrah dan tak perlu dikhawatirkan. Akhirnya kami tiba dengan selamat di Pulau Ontoloe.
Selanjutnya, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang Maman, didampingi Peneliti Lembaga Komodo Survival Program Achmad Ariefiandy, Kepala Seksi Wilayah III Flores Barat Yohanes Berchmans Fua, Kepala Konservasi Resort Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung Siprianus Janggur menuju ke sarang telur komodo menetas.
Maman mengatakan, telur komodo menetas di Pulau Ontoloe adalah keberhasilan pemerintah, khusus Kementerian Kehutanan melalui Balai Besar KSDA Kupang yang selalu menjaga kelangsungan dan keberlanjutan konservasi. Ini merupakan peristiwa langka telur komodo menetas dengan jumlah banyak yakni 16 ekor di kawasan Pulau Flores, di luar Taman Nasional Komodo.
“Saya bangga dan puas melihat langsung keunikan dan keajaiban yang diberikan alam di Pulau Flores tentang keberlanjutan binatang ajaib komodo. Ini peristiwa yang menggemparkan dunia konservasi dan di seluruh dunia,” kata Maman.
Selain itu Pulau Ontoloe, yang menjadi tempat habitat komodo, burung kalong, burung gosong atau dalam bahasa lokal burung wontong(Megapodius reinwardt), hutan bakau serta sebanyak 33 ribu kalong. Ada jua burung camar laut, mawar laut, ikan kerapu, ikan hias arwana, ikan sunu, ikan barakuda dan ikan tengiri serta keindahan terumbu karang di bawah laut 17 Pulau Riung.
"Data kunjungan wisatawan ke 17 Pulau Riung adalah tahun 2013 sebanyak 10.738 wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Angka ini menurun dibanding tahun 2014 dengan kunjungan wisatawan sebanyak 8.986 orang. Penurunan disebabkan karcis masuk sangat mahal di mana per orang per hari dikenakan Rp 100.000 untuk wisatawan asing sementara wisatawan lokal Rp 5.000 sesuai dengan PP No.12 tahun 2014 tentang tarif dan jenis penerimaan negara bukan pajak di Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,” jelasnya.
“Kami memiliki semangat dengan peristiwa langka menetasnya telur komodo di Pulau Ontoloe yang jumlahnya sangat banyak yakni 16 ekor. Ini merupakan informasi dunia terhadap keberlanjutan dan kelangsungan warisan dunia yakni binatang komodo flores di masa mendatang,” katanya.
0 komentar