MEMAHAMI PERKEMBANGAN MORAL DAN IMAN ANAK DAN REMAJA

By 18.18

MEMAHAMI PERKEMBANGAN MORAL DAN IMAN ANAK DAN REMAJA 
Dalam hal ini saya mengacu pada dua perangkat teori, yaitu teori "Perkembangan Moral" menurut Lawrence Kohlberg, dan teori James Fowler mengenai "Perkembangan Iman". Kerangka yang saya kutip di bawah ini dipetik dari tulisan Pdt. Simon Filantropha berjudul "Memahami Teori Perkembangan Anak" yang dimuat dalam buku terbitan KPPAG Sinode GKI Jatim berjudul Di Seputar Kebaktian & Komisi Anak.
Kohlberg menampilkan kerangka perkembangan moral sebagai berikut:
Tingkat Prakonvensional (belum sesuai dengan yang lazim)
Tahap 1: Moralitas yang heteronom (kepatuhan pada perintah orang lain).
Tahap 2: Moralitas pasar (keadilan tukar menukar) atau disebut juga "relatif instrumental".
Tingkat Konvensional (penyesuaian dengan yang biasanya dianggap lazim)
Tahap 3: Penyesuaian antar orang-orang
Tahap 4: Tekanan pada hukum dan tata tertib masyarakat
Tahap 5: Kontrak Sosial
Tahap 6: Prinsip Etis Universal.352
James Fowler menyajikan kerangka perkembangan IMAN sebagai berikut:
Tahap 1: (4-7/8 tahun): Intuitif
Tahap 2: (6/7-11,12 tahun): Ceritera harafiah
Tahap 3: (11-17/18 tahun). Sintesis, memadu
Tahap 4: Pendirian sendiri/perseorangan
Tahap 5: Gabungan paradoks
Tahap 6: Universalisasi.353
Menurut hemat saya, seseorang dapat menarik manfaat dari tayangan TV manakala ia mampu bersikap kritis dan punya pendirian yang mantap. Padahal anak-anak di Indonesia pada umumnya masih belum bersikap kritis, karena secara moral ia masih berada pada tahap 1-3/4, dan perkembangan iman tahap 1-3. Di negara-negara Barat, daya kritis sudah mulai ditempa semenjak kecil. Penempaan daya kritis dilakukan seiring dengan atau bertujuan demi memampukan mereka "berpendirian sendiri" (tahap 4 perkembangan iman). Kedua hal itulah yang justru harus kita lakukan dalam rangka "mempersiapkan anak dan remaja menghadapi era globalisasi."

You Might Also Like

0 komentar