Bahaya Pornografi bagi Mental dan Pola Pikir Remaja
Bahaya Pornografi bagi Mental dan Pola Pikir Remaja
Bahaya Pornografi bagi Mental dan Pola Pikir Remaja
- Masa remaja sarat dengan berbagai gejolak psikologi. Sedikit saja
tersinggung, maka emosinya meledak-ledak dan biasanya tak terkendali.
Masa ini juga masa yang sarat fantasia tau khayalan. Antara kekuatan
emosi dan khayalan memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang
negatif di antaranya pada penyimpangan seksual dan pornografi. Seks itu
sendiri pada dasarnya adalah kekuatan. Seks bisa mendorong dan
mempengaruhi seseorang untuk berbuat apa saja demi tujuan nafsunya. Seks
bisa juga berarti api, sedikit saja tersulut, maka gelombang bara yang
dahsyat akan membakar segala apa yang ada. Seseorang yang mulai bermain
dengan syahwat (seks) berarti mulai bermain dengan api. Sifat api biasanya membakar dan membesar jika ada respon atau bahan yang layak terbakar.
Jika kekuatan emosi
remaja bersatu dengan kekuatan seks, maka bisa terbayang masa depan
mental remaja itu sendiri. Tak heran jika para psikolog sendiri lebih
cenderung mengkhawatirkan jika ternyata kekuatan emosi ini berpadu
dengan seks.
Realitas dalam kehidupan
modern ternyata telah berbicara banyak mengenai kasus penyimpangan
seksual yang dilakukan para remaja. Hampir 75% kejahatan seksual
dilakukan para remaja baik usia sekolah maupun mereka yang berada dalam
transisi menuju kedewasaan. Dengan demikian, terbuktilah bahwa begitu
bahaya jika mental remaja telah terpadu dengan masalah seks.
Jika masalahnya
sedemikian gawat, maka pornografi menjadi sebuah masalah tersendiri bagi
peradaban modern. Dunia barat sendiri yang lama memproklamirkan
kemajuan, dari segi moral remaja telah dihancurkan oleh kekuatan “free sex”
dan pornografinya. Terutama para remajanya, mereka telah dibakar dengan
berbagai tayangan erotic bahkan dari semenjak sekolah dasar, lewat
berbagai bacaan atau tayangan televise dan radio. Hingga bisa
dibayangkan bagaimana kehancuran generasi penerus mereka di masa
mendatang.
Jika diperinci satu persatu, bahaya pornografi ini di antaranya:
Pertama,
memberikan fatamorgana negatif dalam daya khayal remaja yang berakibat
mereka tersiksa dari sudut mental. Mengapa mereka mesti tersiksa? Sebab
utamanya adalah tidak adanya penyaluran. Sedangkan sebagaimana
disebutkan di muka, seks adalah kekuatan. Maka jika kekuatan ini tidak
tersalur, bukan hal mustahil terjadi tindakan-tindakan yang keluar dari
norma masyarakat dan agama. Yang lebih berbahaya jika fantasi seks ini
menjadi sebuah beban mental. Jika ini terjadi, maka mereka menjadi sosok
yang terbelakang dari segi mental. Mereka menjadi sosok manusia minder
dan merasa terasing dari lingkungan sekitarnya. Akibat dari minder atau
keterbelakangan mental ini di antaranya, (1) Memicu tindakan pemuasan
seksual dengan diri sendiri yaitu mastrubasi atau onani; (2) Mendorong
pemuasan seksual pada sosok yang tak berdaya pada lawan jenis. Hal ini
terbukti, gencarnya pornografi dalam berbagai media, di mana-mana
bermunculan kasus-kasus pemerkosaan anak kecil dan lebih sadis lagi
munculnya berbagai kasus sodomi; dan (3) Memicu hubungan seks
ekstramarital atau pemuasan hubungan seksual dengan anggota keluarga
sendiri, baik kakak terhadap adik atau sebaliknya. Mengapa hal ini
terjadi? Karena seks adalah kekuatan dan jika dorongan telah memuncak,
bisa gelap mata sehingga tidak mampu mengidentifikasi siapa yang
digauli.
Kedua,
mengganggu proses berpikir kreatif. Bagi remaja yang dalam usia sekolah
memang seharusnya berpikir tentang studinya dan berusaha meraih prestasi
sebaik-baiknya. Tapi bagi remaja yang terobsesi dengan pornografi akan
sulit mengkonsentrasikan pikirannya pada belajar mengingat kemampuan
daya ingatnya telah tercemari nafsu seksual.
Ketiga, mendorong rasa ingin tahu lebih jauh hal-hal yang berifat porno. Mereka yang pernah melihat buku atau tayangan porno (blue film), perasaannya sangat bergejolak dan jika terus menerus akan memiliki keinginan atau rasa penasaran untuk melihat lebih “hebat”
dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Terutama bagi remaja yang tidak
dilandasi pendidikan agama, akan lebih jauh lagi melangkah dan bukan hal
mustahil pemuasannya pada lawan jenis.
Dan keempat, menimbulkan sifat permisif. Remaja yang sering melihat tayangan porno biasanya lebih agresif menarik lawan jenisnya (baca: gonta-ganti pacar)
untuk pemuasan nafsu. Akibatnya mereka telah terbiasa atau membiasakan
diri bergandengan tangan, berpelukan, ciuman, dan meraba ke sana sini
tanpa merasa berdosa bahkan mungkin akhirnya mereka justru merasa bangga
dan merasa bahwa hal itu bagian dari “mode modern”. Sikap seperti inilah yang disebut dengan permisif, serba boleh atau menghalalkan segala cara.
Demikian uraian singkat
tentang bahaya pornografi. Mari kita bersama-sama baik orang tua,
sekolah dan pemerintah, selamatkan anak-anak bangsa ini dari hal
tersebut. Tentunya dengan pendidikan yang benar tanpa menafikan fitrah
atau potensi yang anak-anak kita miliki. Jayalah terus Indonesia-Ku.
Diposkan dari: http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2014/06/bahaya-pornografi-bagi-mental-dan-pola.html#ixzz3IFRUf72s
0 komentar